Sejarah Suku Manggarai Nusa Tenggara timur

No Comments

Sejarah Suku Manggarai Nusa Tenggara timur

Manggarai adalah suatu kelompok etnis atau suku bangsa Indonesia yang berasal bagian barat pulau Flores di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Suku Manggarai tersebar di tiga kabupaten di provinsi tersebut, yaitu Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Timur.

Baca juga : Daftar Suku Di pulau Dewata Bali

Sejarah Suku Manggarai

Menurut catatan sejarah, mereka secara historis di kuasai secara bergantian oleh suku Bima dari pulau Sumbawa dan suku Makassar dari pulau Sulawesi. Terdapat sekitar 500.000 orang Manggarai pada akhir abad ke-20. Saat ini perkiraan populasi suku Manggarai sekitar 1 juta orang yang tersebar di Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur serta wilayah Sporadis di Sulawesi, Papua, Kalimantan dan kota kota besar di Indonesia.

Suku Manggarai adalah pemeluk Katolik Roma yang taat dan merupakan suku penyebar Agama Katolik di Indonesia, hampir seluruh (estimasi 99.9%) pupulasi suku ini memeluk Katolik Roma. Suku ini menuturkan bahasa Manggarai, sebuah bahasa yang di sebut sebagai tombo Manggarai oleh para penutur aslinya. Bahasa ini mempunyai sekitar 43 subdialek. Sistem politik mereka berdasarkan pada klan, di pimpin oleh seorang kepala klan atau raja yang di sebut raja Todo. Suku ini menerapkan sistem keturunan patrilineal, dan secara historis mereka bermukim di desa-desa, yang terdiri dari setidaknya dua klan.

Ritual

Suku Manggarai terkenal memiliki sederet upacara ritual sebagai ucapan syukur atas kehidupan yang sudah di jalani dalam periode waktu tertentu, antara lain:

  • Penti Manggarai, upacara adat merayakan syukuran atas hasil panen.
  • Barong Lodok, ritual mengundang roh penjaga kebun di pusat lingko (bagian tengah kebun).
  • Barong Wae, ritual mengundang roh leluhur penunggu sumber mata air.
  • Barong Compang, upacara pemanggilan roh penjaga kampung pada malam hari.
  • Wisi Loce, upacara yang di lakukan agar semua roh yang di undang dapat menunggu sejenak sebelum puncak acara Penti.
  • Libur Kilo, upacara mensyukuri kesejahteraan keluarga dari masing-masing rumah adat.

Suku Ini juga mempunyai olahraga tradisional yang di sebut caci, pertarungan saling pukul dan tangkis dengan menggunakan pecut dan tameng yang di mainkan oleh dua orang pemuda di sebuah lapangan luas. Pertunjukan caci di awali dengan pentas tarian Danding, sebelum para jago cacicc beradu kebolehan memukul dan menangkis. Tarian itu biasanya di sebut juga sebagai Tandak Manggarai, yang di pentaskan khusus hanya untuk meramaikan pertarungan caci.

Categories: Kebudayaan, Suku

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *